Origenes diperkirakan lahir tahun 185 atau 186 M di Aleksandria, Mesir. Ia berasal dari keluarga kristen dan dididik secara kristiani. Ia adalah murid dari Pantaenus dan Clement, dan pada usia tujuh belas tahun, ia menunjukkan kepandaiannya dalam belajar tata bahasa. Hingga pada usia ke delapan belas tahun, ia dipilih oleh uskup Demetrius untuk menjadi penerus Clement menjadi kepala sekolah katekese di Aleksandria.

Ketika menjadi pengajar, ia tetap melanjutkan studinya kala itu. Hingga pada usia ke-25, ia menghadiri sekolah Neo-Platonis oleh Ammonius Saccas untuk menyempurnakan pengetahuannya tentang filsafat. Selain filsafat, ia juga menggeluti bidang lain seperti mempelajari Kitab Suci dan bahasa Ibrani.

Ketika pada tahun 215 terjadi penganiayaan terhadap Caracalla, Origenes terpaksa melarikan diri menuju Palestina. Di tempat itu, pada tahun 218 atau 219, Theocistus, uskup Kaesarea, dan Aleksander, uskup Yerusalem, membujukanya untuk menguraikan Kitab Suci di gereja mereka. Akan tetapi, Demetrius memanggilnya kembali ke Aleksandria untuk melanjutkan tugasnya sebagai guru dan kepala sekolah Aleksandria. Dibantu dengan Ambrosius sebagai sekretaris dan penyalin, Origenes menorehkan banyak karya cemerlang dan mampu melipatgandakan jumlah karya tulisannya. Ini juga menjadi periode keemasan dari pengajaran Origenes.

Pada tahun 230, ketika Origenes sedang melakukan perjalanan menuju Akhaya dan yang melewati Kaesarea, Theoctistus dan Aleksander menggunakan kesempatan itu untuk menahbisaknnya menjadi seorang imam. Akan tetapi, hal ini menjadi persoalan sebab Theocistus dan Aleksander tidak lebih dahulu berkonsultasi dengan Uskup Demetrius dari Aleksandria. Hal ini melanggar kanon. Demetrius pun segera mengetahui hal tersebut sehingga pada tahun 231 Origenes dipecat dari jabatannya sebagai kepala sekolah Aleksandria dan mencopot imamat yang baru saja diperolehnya. Ia pun tidak dapat lagi tanggal di Mesir karena diusir dan kembali ke Kaesarea untuk memulai periode kedua dalam karirnya.  Ia mengalami banyak masa sulit seperti masa penganiayaan Maximus pada tahun 235 dan penganiayaan Decian pada tahun 250. Akan tetapi, pada akhirnya ia dibebaskan dari penganiayaan di Decian, tetapi tak lama kemudian, ia meninggal di Tirus, Fenisia pada tahun 254 pada usia ke-69. Ia dimakamkan secara hormat sebagai pengaku iman dan diyakini berada di belakang altar katedral Tyr.

Origenes sering dikenal dengan sebutan Adamantus yang memiliki makna kuat dalam penalarannya. Menurut St. Hieronimus, Origenes adalah sosok yang memiliki semangat dan ketekunan yang tak kenal lelah.  Origenes memahami semua pengetahuan filosofis, Kitab Suci dan teologi pada masanya. Tidak ada hal yang terluput dari perhatiannya. Akan tetapi, dari semuanya itu, ia memiliki perhatian lebih khususnya pada Kitab Suci. Origenes dinyatakan sebagai penulis yang paling banyak menghasilkan karya yang pernah dimiliki oleh Gereja. St. Epifanus menyebutkan bahwa terdapat 6.000 buku ditulis oleh Origenes. Sayangnya, sebagian besar hasil sastranya telah hilang. Ia menulis banyak karya, akan tetapi ada beberapa karya yang terkenal yang dalam tulisan ini akan sedikit penulis singgung.

Dalam bidang Kitab Suci, Origenes melahirkan karya yang disebut sebagai Hexapla (hexa = enam) yang berisi teks Perjanjian Lama yang disusun dalam enam kolom Selain Hexapla, terdapat tulisan-tulisan Kitab Suci yang dibagi dalam 3 bentuk tulisan yakni Scholia, homili dan komentar-komentar. Scholia adalah catatan-catatan singkat berisi gramatikal Kitab Suci. Origenes menulis Scholia pada Kitab Kejadian, Keluaran, Bilangan, Imamat, Ulangan, Mazmur, Injil menurut Matius, Injil menurut Yohanes dan Surat Paulus kepada jemaat di Galatia. Dalam homili, Origenes membahas suatu teks dalam Kitab Suci dan mendiskusikan maknanya, seperti seorang profesor. Sedangkan dalam komentar, Origenes menyusun suatu penjelasan ilmiah terhadap Kitab Suci.

Selain itu, Origenes juga menulis tulisan-tulisan apologetik, di antaranya adalah risalah melawan Celsus dengan judul, “Contra Celsum,” yang ditulis dalam 8 buku. Celsus adalah seorang Platonis terpelajar yang melawan ajaran kristiani dengan menerbitkan sebuah buku berjudul, “Demonstration of Truth”. Akan tetapi, melalui Contra Celsum, Origenes menunjukkan sikap tenang dalam memenuhi dan menjawab keberatan Celsus.

Selain tulisan apologetis, terdapat pula tulisan teologis De Principiis. Sayangnya, teks berbahasa Yunani dari karya ini telah hilang. Akan tetapi, salinan berbahasa Latin masih ada berkat terjemahan dari Rufinus dan St. Hieronimus. De Principiis ditulis di Aleksandria sekitar tahun 230. Buku ini dibagi ke dalam empat bagian. Buku pertama membahas mengenai Tuhan, kesatuan dan spiritualitasnya, Logos, Roh Kudus, dan malaikat. Buku kedua membahas dunia dan ciptaan, manusia dan asalnya serta penebusan manusia melalui inkarnasi. Buku ketiga membahas hakikat kebebasan manusia, perselisihan antara yang baik dan yang jahat, serta kemenangan akhir pada kebaikan. Buku keempat dikhususkan pada teori interpretasi dan eksegesis Kitab Suci Selain itu, ada banyak karya penting Origenes lain yang sepenuhnya hilang seperti risalah On the Ressurection, risalah On Free Will, dan sepuluh buku Miscellaneous Writngs (Tromateis).

Terlepas dari kesalahan doktrinal yang mungkin ada dalam tuduhannya, Origenes adalah salah satu tokoh gerejawi terbesar di zaman kuno. Dia sangat mencintai kebenaran Kristen dan mengabdikannya dengan seluruh kejeniusan dan seluruh energinya. Dia tidak pernah memisahkan pencarian pengetahuan dari pertumbuhan dalam kesucian pribadi dan kasih terhadap orang lain. 
(Tulisan oleh: Leonardus Satrio P.)

Sumber :
Joseph, Tixerot, A Handbook of Patrology, (Biblio Life: London, 1923)
Tixerot, A Handbook of Patrology.
https://www.newadvent.org/cathen/11306b.htm