St. Clement of Alexandria
St Klemens dari Alexandria
Oleh: Fr Alvarado Putra Adi Pratama
St Klemens dilahirkan pada tahun 150 M dan memiliki nama lengkap Titus Klemens. Kedua orang tua Kelemens merupakan keluarga yang belum Kristiani. St Klemens mendapatkan pendidikan di kota Athena, Yunani. Pada saat itu Athena merupakan kota yang sangat identic dengan tradisi filsafat Yunani yang sangat kuat. Oleh sebab itulah St Klemens menaruh minat yang besar terhadap filsafat karena latar belakang pendidikannya di kota Athena. Minatnya dengan filsafat ini kelak akan menghantar St Klemens menjadi pembuka dialog antara iman Kristiani dan juga filsafat Yunani, antara iman dan rasio, akal budi.
Sesudah menjadi orang Kristiani, St Klemens melakukan perjalanan ke Syria, Plestina, dan Italia Selatan. Sewaktu muda pula, St Klemens melakukan perjalanan ke kota Alexandria di Mesir. St Klemens datang ke Alexandria oleh karena pada saat itu Alexandria merupakan tempat berkumpulnya berbagai kebudayaan. Kota Alexandria sendiri didirikan oleh Alexander Agung, seorang jendral termasyur dari Makedonia pada tahun 332 SM di tepi sungai Nil, Mesir. Oleh karena Alexandria adalah kota Pelabuhan, tidak mengherankan bahwa penduduknya begitu padat dan dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda misalkan Mesir, Yahudi diaspora, dan masih banyak lainnya.
Seperti yang terjadi pada zaman tersebut, Alexandria dalah simbol bertemunya berbagai kebudayaan yang sangat lazim terjadi pada zaman Hellenisme. Zaman Hellenisme memang ditandai dengan bertemunya banyak budaya. Alexandria sendiri juga memiliki sekolah Kristiani yang didirikan oleh Ptolemy Soter. Sekolah ini hendak merancang suatu teologi ilmiah, dan sekolah ini banyak dipengaruhi oleh filsafat Neoplatonisme yang memiliki daya spekulatif yang besar.
Akar dari Mazhab Alexandria bermula pada akhir abad kedua saat berdirinya sekolah kateketik yang didirikan oleh Pantaenus, Klemens, dan Origenes. Setelah Pantenus tidak lagi menjabat sebagai pemimpin sekolah kateketik tersebut, St Klemens menggantikannya. Pada Mazhab ini St Klemens merupakan yang paling menonjol oleh karena ia lah yang memberikan jati diri teologis untuk mazhab ini. Sebagian ornag yang belajar dibawah St Klemens adalah orang-orang yang baru saja masuk menjadi jemaat Kristiani dan bagi mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima pembaptisan. Selain itu juga ada beberapa kaum cendekiawan yang belajar karena berminat dengan ajaran filosofis St Klemens.
Paus Benediktus XVI dalam audiensi 18 April 2007 pun mengungkapkan dari banyak sumber dikatakan bahwa St Klemens adalah seorang imam tertahbis. Pada saat itu terjadi penganiayaan tahun 202-203 sehingga St Klemens meninggalkan Alexandria dan mengusi ke Caesarea di Kapadokia. Di pemberhentian terakhir di Kapadokia inilah St Klemens wafat sekitar tahun 215 M. Sepanjang hidupnya, St Klemens telah menelurkan berbagai karya ynag sangat penting bagi iman kristiani. Sampai saat ini setidaknya ada tiga karangan yang paling penting adalah Protrepticus, Paedagogus, dan Stromata.
Karya Protrepticus berisi anjuran yang ditujukan kepada mereka yang mulai menjelajahi jalan iman. Protrepticus berbaur dengan seorang pribadi yaitu Yesus Kristus, Putra Allah yang menjadi “penganjur” bagi manusia supaya dengan mantap menempuh jalan yang menuntun pada kebenaran. Kemudian Paedagogue yang berarti Yesus Kristus adalah pendidik bagi mereka yang oleh pembaptisan telah menjadi anak-anak Allah. Kemudian pada akhirnya Yesus Kristus telah menjadi Didascalos yang berarti Guru yang menawarkan pengajaran yang terdalam. Seluruh katekese St Klemens memang hendak mengantar para katekumen dan mereka yang sudah dibaptis selangkah demi selangkah sampai pada kebenaran.
Dalam menghantar para katekumen dan mereka yang baru menjadi jemaat Kristiani, St Klemens mengusulkan perlu keseimbangan antara dua sayap. Kedua sayap yang dimaksud dari St Klemens adalah Iman dan akal budi. Oleh bantuan kedua sayap inilah seorang manusia akan diantarkan selangkah demi selangkah kepada pengetahuan mendalam tentang kebenaran yaitu Yesus Kristus sang Sabda Allah. Kemudian apa tujuan akhir manusia? St Klemens mengajarkan bahwa tujuan kahir manusia adalah menjadi serupa dnegan Allah. Pada saat penciptaan Allah telah memberikan berkat Konaturalitas(kesamaan kodrat) pada manusia. Hal ini menjadi tantangan bagi manusia bagaimana bisa mengetahui kneyataan-kenyataan ilahi dengan iman yang dihayati serta mempraktikkan tindak keutamaan dalam hidupnya.
Sumber:
Paus Benediktus XVI, Bapa-bapa Gereja: Hidup, Ajaran, dan Relevansi Bagi Manusia di Zaman Kini(Judul Asli The Fathers), Penerjemah Waskito, SJ, Malang: Dioma, 2010.
Ryadi, Agustinus, Bapa-bapa Gereja Berfilsafat, Surabaya: Pustakamas, 2011.